Friday, August 24, 2012

Sejarah Pembukaan Wilayah Desa Kalikudi

Wihartoyo     Friday, August 24, 2012    

Pada jaman dahulu ada seorang ksatria dari Mataram bernama Rangga Tahun berguru kepada Kyai Purbasari di dusun Dhaon Lumbung ( Cilacap). Kyai Purbasari adalah seorang jurukunci bunga Wijayakusuma di pulau Nusakambangan. Beliau mempunyai dua orang anak yaitu Cakrapraja dan Rangga Kusuma. Dikemudian hari Rangga kusuma dinikahkan dengan putri Kyai Nayadipa, seorang Demang di dusun Bunton.

Rangga Kusuma alias Kyai Ditakerta

Setelah menikah Rangga Kusuma kemudian berganti nama menjadi Ditakerta, yang kemudian terkenal sebagai Kyai Ditakerta dan tinggal di dusun Adiraja. Sebagai wujud rasa tanggung jawab terhadap keluarga, Kyai Ditakerja berusaha mencari tanah sendiri sebagai tempat tinggal, bercocok tanam untuk membesarkan dan mencukupi kebutuhan hidup anak cucu nantinya.

Kyai Ditakerta menyadari bahwa di wilayah kademangan Adiraja sebelah utara masih berwujud hutan. Maka kemudian kyai Ditakerta masuk ke hutan tersebut untuk membuka lahan (trukah), yang nantinya di rencanakan sebagai tempat tinggal . Seiring berjalannya waktu, proses pembukaan lahan tersebut memakan waktu yang lama. Karena tidak setiap hari bisa pulang ke Kademangan Adiraja, kemudian Kyai Ditakerja mendirikan gubuk sebagai tempat istirahat dan menginap, timpat beristirahat/ madepok itulah yang dikemudian hari di sebut Depok yang sekarang terletak di wilayah dusun Pedudutan Gunung Duren.

Di deket gubuk yang didirikan kyai Ditakerta terdapat beji yang airnya dipakai untuk kebutuhan sehari2. Karena letak beji yang berada di bawah pohon Ketos, maka dinamakan Sumur Ketos. Sumur Ketos dan Depok inilah yang kemudian dijadikan tempat bersejarah bagi anak turunan Kyai Ditakerta sebagai Cikal Bakal .

Semakin lama, hutan yang di buka sebagai lahan oleh kyai Ditakerta semakin luas. Di beberapa tempat kyai Ditakerta juga mendirikan tempat istirahat diantaranya :

  • Kedhawung, berada di Semingkir
  • Krapyak, berada di Peturusan
  • Ketanggung, berada di Pejaten

Hutan yang berhasil di buka oleh kyai Ditakerta sebagai lahan sangatlah luas yang meliputi :

  1. Semingkir
  2. Pedudutan
  3. Pejaten
  4. Peturusan
  5. Glempang
  6. Doplang Lor
  7. Kalijaran
  8. Klapagada
  9. Gumbril

Seiring berjalannya waktu hingga saat ini dusun/ grumbul yang kemudian masih dalam wilayah desa Kalikudi tinggal : Semingkir, Pedudutan, Pejaten, Peturuan dan Glempang. Tetapi mendapat tambahan dusun Klapagading dan Kalipomahan yang tadinya merupakan wilayah dusun Penggalang. Sementara grumbul seperti Doplang Lor menjadi wilayah Dusun Doplang, grumbul Kalijaran menjadi dusun tersendiri, dan grumbul Klapagada serta gumbril masuk kedalam wilayah dusun Maos Kidul

Karena lahan yang di buka Kyai Ditakerta ternyata subur dan makmur, maka kemudian banyak orang berdatangan untuk ikut tinggal dan membantu pembukaan lahan. Sehingga lahan tersebut menjadi pedusunan walaupun saat itu tetap dalam wilayah dusun Adiraja. Mengingat semakin banyaknya orang yang tinggal di dusun tersebut, maka di tunjuklah Kyai Ditakerta sebagai sesepuh sebagai wakil demang Adiraja untuk mengatur tatanan kehidupan dan mengatur kepemerintahan warga pedusunan tersebut. Sebagai tempat berkumpulnya warga di pedusunan, kyai Ditakerta mendirikan tempat pasamuan atau tempat sarasehan yang di sebut Semuan, hingga sekarang tempat itu masih ada.(sumber)

Recommended