Rubrik dan Berita

Pertahanan

Pengamanan Informasi

Linux OS

Zimbra Mail

Database

Religi

Budaya

Hoax List

Friday, October 6, 2023

Awal Perjalanan

Wihartoyo     Friday, October 06, 2023    
Jalan di dusun Pedhudutan pagi ini masih sangat sepi. Meskipun adzan Shubuh telah berkumandang, dan jama’ah Shubuh telah kembali dari langgar, namun aktifitas penduduk masih belum terlihat bergeliat. Hanya beberapa penduduk yang terlihat telah mendahului pergi ke pasar menjemput pagi. Menjemput rezeki pagi ini.

Wadasputih, lintasan pegunungan yang melingkupi dusun Pohkumbang, masih nampak hitam di ujung timur seakan mencanda mentari agar tetap dalam peraduannya meski semburat tangan sinarnya telah menggapai awan yang masih malas-malasan di atas sana.

Padepokan Gagak Wulung, pagi ini, terasa sangat sepi. Tidak seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada suara cantrik mengalunkan pesan-pesan ilahi, maupun yang gladen, olah kanuragan. Bahkan dapur-dapur padepokan yang biasanya diisi oleh para simbok, istri-istri cantrik senior maupun para cantrik perempuan, pagi ini sepi. Hanya ada sedikit sisa asap pedhangan bekas menanak nasi tadi, sebelum subuhan. Semua cantrik berkumpul di depan pendopo. Semua diam.  Ada kejadian luar biasa pagi ini. Niken Lanjar Sekar Kenongo, anak perempuan, anak semata wayang, dari Ki Ageng Gagak Pergola hari ini akan berangkat ke padepokan Wijaya Kusuma. Padepokan Nyi Ajar Nismara di Brangkulon, 7 hari perjalanan dari padhepokan.

Semua berkumpul di depan pendopo, namun tak satupun di antara Ki Ageng dan Sekar Kenongo yang tahu bahwa semua telah berkumpul di depan pendopo.  Apalagi Ki Ageng yang memang tinggal di salah satu bilik di rumah pribadinya yang merupakan induk dari pendopo, bahkan Sekar Kenongo yang tinggal di asrama pun tidak pernah tahu bahwa seluruh penghuni padepokan akan kompak berkumpul di depan pendopo. Ki Ageng nampak kaget begitu keluar dari pintu memasuki pendopo.  Sekar Kenongo yang melangkah berikutnya pun, nampak menahan langkah percis di pintu sambil menahan daun pintu.  Kaget.
“Ada apa?” tanya  ki Ageng sambll tersenyum, “apakah ini terkait dengan kepergian Sekar?”
“Inggih, leres Ki Ageng!” Kompak semua menjawab.
“Terus, kenapa kalian semua berkumpul di sini?” Ki Ageng Gagak Pergola bertanya lagi.  Namun kali ini semua terdiam. Sepi, “kamu! Kesih, kamu adalah muridku paling berani di sini, kawan satu pondhok malah sak senthong karo Sekar, apa kamu bisa kasih penjelasan?”

Perempuan muda yang dipanggil Kesih adalah kawan akrab Sekar Kenongo.  Nama lengkapnya Endang Sukesih. Nama aselinya Nira Sukesih berasal dari Panjer Kulon, sekitar 7 hari perjalanan dari padepokan.  Semenjak menjadi cantrik, dia menyembunyikan nama Nira dan menggantinya dengan Endang.  Cantrik perempuan.  Secara ilmu kanuragan, Endang Sukesih ini hanya satu tingkat di bawah Sekar Kenongo.  Dia memang nomor 2 terpandai di Padhepokan Gagak Wulung. Ki Ageng tersenyum, “Endang Sukesih….” Ki Ageng memanggil nama perempuan itu. Lengkap.

“Dalem, Ki Ageng….!” sahut Endang Sukesih, “da..dad..ddalem mboten wanton matur… ki Ageng!”
“Lha nangopo, kenapa? Kenapa nggak berani? Apakah dalam pandangan kalian, aku sekarang terlihat seperti macan?” tanya Ki Ageng sambil memelototkan matanya.  Dia tahu benar, para penghuni padhepokan saat ini sedang dilanda galau.  Ki Ageng berusaha untuk bercanda untuk mencairkan suasana yang sudah terlanjur tegang. Namun, lagi-lagi, suasana hening. Masih hening.  Sekar Kenongo menutup mulut sambil menahan tawa.

“Kamu itu lho Kesih…., diajak bercanda sama Bopo, kenapa masih diam saja!” tegur Sekar Kenongo kepada Endang Sukesih.  Dan dengan menunduk Endang Sukesih bertanya, “Yunda Sekar, apakah betul Ki Ageng sedang bercanda?” dan dibalas dengan tertawa oleh baik Ki Ageng maupun Sekar Kenongo.
“Kamu itu ada-ada saja, Kesih…. Masa bercanda saja harus dipastiin dulu!” jawab Ki Ageng sambil tersenyum yang dilanjutkan oleh Sekar kenongo, “iya sih, memang Bopo tidak boleh bercanda?”
“Betul, Yunda, tapi….. apakah rencana kepergian Yunda juga adalah bercanda?” jawab Endang Sukesih dilanjutkan dengan mengajukan sebuah pertanyaan.  Ki Ageng Gagak Pergola terdiam.  Sekar Kenongo juga terdiam. Sambil gendhong tangan, Ki Ageng berjalan mendekati Endang Sukesih dan berucap, “Ndhuk, aku tahu kedekatan kalian.  Pasti kamu sangat sedih bila aku bilang bahwa itu bukan bercanda…”

Endang Sukesih kaget dan mengangkat mukanya menoleh, memandangi mata Ki Ageng yang berdiri di sebelah kiri sambl menepuk pundak Endang Sukesih, “betulkah? Eh…eh.. maaf Ki Ageng!” Endang Sukesih yang merasa bersalah telah menatap langsung mata guru yang sangat dia hormati itu segara memperbaiki posisinya dan kembali menunduk. “Maaf Ki Ageng, sekali lagi nyuwun pangapunten Ki Ageng, bukan maksud saya untuk menantang Ki Ageng!”

Ki Ageng tersenyum sambil menghentikan tepukan ke pundak Endang Sukesih.  Ki Ageng bergeser ke depan Endang Sukesih yang masih menunduk, dan bahkan semakin gemetar. Endang Sukesih tidak berani menduga apa kira-kira yang bakal dilakukan gurunya akibat kelancangannya tadi.
“Tidak apa-apa, Kesih. Tapi maaf, tentang rencana kepergian Sekar itu memang bukan bercanda.  Sudah sejak lama dan berkali-kali sebenarnya dia meminta itu.  Tapi aku masih menahannya mengingat saat itu ilmu kanuragannya belum bisa diandalkan untuk melindungi diri, mengingat perjalanan amatlah jauh.” Ki Ageng menghela nafasnya sebentar, berjalan menjauhi posisi Endang Sukesih dan mengambil posisi percis di depan kerumunan.
“Sedulur, kabeh.  Saya sangat menyadari kerisauan kalian semua. Mungkin hasil pembicaraan kami semalam tentang rencana keberangakatan Sekar kenongo pagi ini menuju Padepokan Wijaya Kusuma sudah menyebar begitu saja di antar kalian.  Aku tidak akan mencari siapa yang menyebarkan…” sampai di sini Sekar Kenongo tersenyum sambil melirik kepada Endang Sukesih yang semakin tegang.  Ki Ageng melanjutkan, “saya tidak akan memberikan hukuman apapun karena ini bukan kesalahan, bahkan saya mengucapkan terimakasih.  Kehadiran kalian di sini telah menunjukkan betapa sayangnya kalian kepada Sekar Kenongo.  Anakku satu-satunya yang di luar kesibukanku di Padepokan ini, kalian semua telah membersamainya sehingga kini telah tumbuh menjadi perempuan cantik sekaligus pendekar perempuan pilih tanding.  Terutama kami Kesih,  terima kasih telah menjadi teman karibnya.”

Plong, Endang Sukesih merasa lega, ternyata Ki Ageng Tidak marah.

“Sedulur kabeh, aku tahu kalian pasti keberatan untuk melepas Sekar Kenongo, terutama kalian yang telah mengenal Sekar Kenongo sedari kecil.  Tetapi, bila kalian merasa berat melepas anak kesayanganku ini, ketahuilah bahwa aku lebih merasa berat dibanding kalian.  Dan kalian tahu sendiri.  Kalian telah mengenal anakku yang pantang menyerah ini.  Dan akhirnya pun, aku yang harus menyerah. Aku harus merelakan kepergian anakku ke Brangkulon.  Tidak ada satu cantrik pun yang dia terima ketika aku tawarkan untuk menemaninya, kecuali kamu…” Ki Ageng memandang ke arah Endang Sukesih yang masih menunduk dan tidak tahu kalau ‘kamu’ yang dimaksud itu adalah dia sendiri, “kamu… Endang Nira Sukesih, aku meminta kesediaanmu menemani anakku!?”

Endang Sukesih mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Sekar Kenongo.  Sekar Kenongo menganggukkan kepalanya. Sontak mata Endang Sukesih yang sempat kaget itu menjadi berbinar. Dia sangat senang bila harus menemani Sekar Kenongo.  Bukan sekedar karena kawan akrab, tapi Brangkulon adalah kampungnya.  Anak yatim yang diselamatkan oleh Ki Ageng Gagak Pergola saat terjadi huru-hara di Brangkulon 13 tahun lalu ini sangat senang karena tanpa harus meminta ijin pulang kampong, dia malah mendapatkan kesempatan itu. Dan sambil tertawa kecil dengan kedua tangan menggenggam di depa perut dia berbisik, “yuppp… akhirnya…!”
“Maaf aku tidak memberitahumu terlebih dahulu!” lanjut Ki Ageng kepada Endang Sukesih.
“Mboten nopo-nopo kok Ki Ageng, matur sembah nuwun….!” Endang Sukesih menangkupkan kedua tangannya, mundur, balik badan, dan lari.
“Kamu….! Kamu mau kemana?” sambil bertanya, tangan kanan Ki Ageng terangkat ke arah Endang Sukesih seakan mau menahan tapi gagal.
“Siap-siap Ki Ageng!” jawab Endang Sukesih sambil berteriak.

Ki Ageng Gagak Pergola tersenyum. Pun Niken Lanjar Sekar Kenongo. Tersenyum melihat kelakuan sahabatnya.

Ki Ageng kembali menghadap kepada kerumunan, “sedulur kabeh… begitulah, hari ini ketika matahari mencapai sepenggalah, anakku ditemani oleh Endang Sukesih, akan memulai perjalanan yang cukup jauh.  Ke Brangkulon, Padepokan Ni Ajar Nismara, sekira 7 hari perjalanan dari sini ke arah matahari tenggelam.  Maafkan bila ada kesalahan, dan do’akan keselamatan untuk anakku. Meskipun ilmu kanuragan anakku telah melewati kemampuanku, namun aku percaya do’a kalian, do’a kita lah yang akan memberikan kekuatan tambahan. Sekarang bubar.”  Seluruh penghuni padepokan bubar. “Inggih Ki Ageng!”

“Hari ini tidak ada gladen!” sambung ki Ageng yang dijawab oleh kerumunan,”Inggih Ki Ageng!”
Sekar Kenongo bengong. Tumben ayahnya memberikan libur kepda seluruh cantrik. Dan tanyanya, “wonten penggalih punopo Bopo, kok kadingaren mboten wonten gladen?”
“Ora, ndhuk! Aku mung arep ngaso sik.  Ndedonga kanggo awakmu. Kangmasmu Agung Pramudyo belum pulang dari Glagaharum.  Kangmasmu Tejo belum pulang dari Alaspati.  Kamu dan Endang harus berangkat siang ini.  Tidak ada yang melatih.  Tapi biarlah, berilah kesempatan mereka berdo’a untukmu hari ini.”  Jawab Ki Ageng menjelaskan.  Memang tidak mengada-ada penjelasan Ki Ageng,  Semua orang di padepokan Gagak Wulung sangat sayang kepada Sekar Kenongo, dan pasti mereka ingin mendo’akan yang terbaik untuk Sekar.  Begitu juga Ki Ageng, ayah Sekar Kenongo sendiri.   Sementara itu 2 murid tertua Gagak Wulung sedang tidak berada di padepokan.
“Menawi mekaten monggo Romo, dalem bade ngrencangi Endang Sukesih siap-siap!” karena telah selesai semuanya, Sekar kenongo undur diri mau menemani sahabatnya mempersiapkan.
“Yo wis kono. Bapak nang senthong mburi dekat lemari tempat penyimpanan pusaka!” sahut bapaknya sambil memberi tahu posisi yang akan dituju, “golekono nang kono nek wis siap!”
“Inggih Romo!” jawab Sekar Kenongo.

Dan sesuai rencanan, pagi itu ketika matahari mencapai sepenggalah, Sekar Kenongo dan Endang Sukesih memulai perjalanan yang jauh.  Semua penghuni padepokan melepaskan kedua gadis itu di gerbang padepokan. Memandanginya, sampai keduanya menghilang di balik tebing pengkolan jalan tak jauh dari padepokan.

Wednesday, January 30, 2019

Niken Landjar Sekar Kenongo

Wihartoyo     Wednesday, January 30, 2019    
Model: Naziyah Mahmood
Credit: ada-arts13
"Ndhuk, lihat, perhatikan, pikirkan dan berundinglah dengan hati dan akal sehatmu. Semua ajar yang pernah Bopo berikan sudah cukup untukmu mengambil keputusan yang terbaik!"

Niken Landjar Sekar Kenongo, putri kesayangan Ki Ageng Gagak Pergola dengan takzim mendengar petuah boponya. Dara cantik berkerudung hitam yang duduk berhadapan dengan Ki Ageng berujar, "Inggih Bopo! Saya akan selalu mengingat sedoyo pawiyatan kang sampun dipun wedhar déning Bopo. Benjang, enjang-enjang, dalem badhe miwiti lampah, perjalanan yang sangat jauh Bopo. Padepokan Nyi Ajar Nismara  sungguh teramat jauh, berat hati dalem untuk memulai perjalanan ini. Berat hati dalem meninggalkan bopo meski para cantrik di padhepokan ini akan selalu bersama bopo. Nyuwun pangestunipun bopo agar yang akan saya mulai besok akan bisa saya jalani dengan selamat!"

Ki Ageng Gagak Pergola menarik nafas panjang. Ingatannya kembali ke masa lalu ketika anak perempuan kesayangannya itu masih kecil. Semua berlalu begitu cepat. 18 tahun.
"Iyo nDhuk, semoga Gusti Kang Murbeng Dumadi, yang memulai segalanya juga akan memberikan ridhoNya ketika kita sedang memulai sesuatu yang baik!"

Malam itu menjadi malam yang sangat berat bagi Ki Ageng Gagak Pergola, karena besok putri kesayangannya akan pergi meninggalkan Padhepokan Gagak Rumeksa.  Hal yang dirasa sangat berat tapi harus dijalankan. Putri kesayangannya ingin menuntut ilmu yang tidak diwedhar di Padepokan Gagak Wulung. Dia hanya bisa meluluskan kemauan putrinya yang memang sudah sangat bulat dan ini tak ada yang bisa merubahnya. Benar-benar tanpa kompromi.
Di sini Ki Ageng tersenyum. Dia teringat mendiang isterinya, Nyi Ageng Retna Gantari. Perempuan tangguh dan cerdas yang pernah menemani hidupnya. Tapi luh-nya kembali menetes, mengingat kematian tragis isterinya di tangan Alap-alap Selogiri. Nyi Ajar Nismara adalah guru dari mendiang isterinya

Sebenarnya, Ki Ageng Gagak Pergola pun tahu, disamping ingin belajar hal-hal yang tidak diajarkan di padepokan Boponya, Sekar Kenongo juga ingin belajar lebih untuk menuntut balas kematian ibunya. Sekar Kenongo sudah menyelesaikan seluruh ajar di padepokan Gagak Wulung. Bisa dikatakan ilmu Ki Ageng Gagak Pergola sudah diturunkan seluruhnya kepada putri kesayangannya itu.  Bahkan, dalam hal strategi dan kegesitan olah kanuragan bisa jadi saat ini, putri kesayangannya itu telah jauh mengunggulinya. Itulah mengapa dia cukup percaya untuk melepaskan Sekar Kenongo untuk pergi sendirian. Sendirian, karena putrinya memang tidak mau dikawal. Dia beralasan tak mau mengorbankan orang lain. Sesuatu yang tidak bisa ditawar juga.

Melihat boponya menengadah, luh-nya menetes dengan sesekali terlihat senyum tipis menandakan pergolakan hati boponya, Sekar Kenongo pun berusaha menenangkan boponya, "Bopo tidak usah kuwatir, semua ilmu kanuragan dan wedharan bopo akan membantu Sekar untuk menjaga diri Sekar. Dan di luar sana, selama perjalanan ke Padepokan Nyi Ajar, pasti banyak hal baru yang bisa Sekar pelajari"
Ki Ageng Gagak Pergola cuma bisa bilang, "Iya nDhuk, pangestuku akan menyertai perjalananmu!"
"Matur sembah nuwun Bopo!"
Ki Ageng Gagak Pergola berdiri mendekati putri kesayangannya dan sambil membelai lembut anaknya yang masih bersimpuh dia berbisik "Wis nDhuk, sekarang istirahatlah. Perjalanan besok pasti bakal melelahkan!"

Sekar Kenongo menangkupkan telapak tangannya sambil tetap menunduk takzim membalas bisikan Boponya, "matur sembah nuwun Bopo. Sepindah malih, matur sembah nuwun!" Linangan air mata sedih akan berpisah menyertai senyum bahagia mendapatkan restu boponya menghiasi wajah cantik Sekar Kenongo.
Sekar Kenongo mundur, "Nyuwun pamit Bopo, dalem mau masuk ke bilik dalem!"
Sekar Kenongo berbalik badan berjalan menuruni tangga pendopo Padepokan berjalan menjauh dari pendopo.
Ki Ageng Gagak Pergola menatap mengikuti langkah anaknya sampai menghilang di kegelapan menuju asrama padepokan.

Wednesday, May 2, 2018

Kalajengking Kalasekarsih

Wihartoyo     Wednesday, May 02, 2018    
Bukan gambar bikinan saya
Gambar: Hasil googling dengan kualitas rendah
Pagi ini pelabuhan Glagaharum sangat ramai. Tidak seperti biasanya. Orang-orang berlarian kian kemari, berteriak-teriak seperti ada yang ditakutkan. Ki Somamertani sang syahbandar lari dari arah timur diikuti para pengawalnya menuju ke pusat keramaian. Ki Somamertani berteriak keras, "Ada apa ini?"
Orang ramai tiba-tiba berhenti, dan menoleh ke arah Ki Somamertani. Semua berteriak, "Kalajengking! Banyak Kalajengking!" Dan, orang ramai pun kembali berlari ke sana kemari.

Ki Somamertani sejenak terdiam. Dia memandang sekeliling. Sekilas tak nampak keanehan. Tak kelihatan barang sedikitpun kalajengking yang diributkan orang-orang itu. Namun ketika dia melihat ke bawah. Ke arah tanah. Terlihatlah ribuan kalajengking yang juga berlarian tak tentu arah. Dan, ketika dia melihat ke arah kakinya, sontak dia melompat dan berteriak keras, "Kalajengking....!"
 Melihat junjungannya melompat, pengawal Ki Somamertani pun melompat berlarian kesana kemari, sambil meneriakkan kata yang sama, "Kalajengking!!!"

Pagi ini pelabuhan menjadi benar-benar ramai. Mungkin lebih tepat bila disebut gaduh.

Kegaduhan di pelabuhan sayup-sayup terbawa angin ke bukit Karanggadung, ke sebuah gua yang cukup tersembunyi di sebelah utara bukit. Seorang kakek berjanggut putih dan berambut putih panjang digelung ke atas. Seorang pertapa. Si kakek pertapa trapsilo di atas batu hitam percis di bibir gua. Tiba-tiba cuping telinga si kakek pertapa bergerak-gerak dan kepalanya sedikit menoleh ke kiri seperti mendengarkan sesuatu. Kemudian terlihat mulutnya berbisik, "ah.. kalajengking..!" Sang kakek pertapa itu tiba-tiba berdiri dan melompat jauh. Menghilang ke arah pelabuhan.

Kembali ke pelabuhan Glagaharum.  Ki Somamertani masih berlarian tak tentu arah diikuti pengawalnya. Anehnya, orang ramai tak lagi berlarian. Mereka justeru membentuk kalangan merubung Ki Somamertani dan para pengawalnya. Ternyata sekarang para kalajengking itu sudah punya target. Ki Somamertani dan pengawalnya. Sarmin, cucu ki Somamertani yang ada di antara orang ramai berteriak, "Awas mBah Soma, hati-hati. Kalajengking yang paling besar ngejar mBah Soma terus....!"

Aneh. Dan memang aneh.  Kenapa Ki Somamertani cuma muter-muter di situ. Malah jadi tontonan warga dan orang ramai. 
Saat sedang seru-serunya, tiba-tiba sekelebatan muncul seseorang dan berdiri di tengah-tengah.  Si kakek pertapa ternyata. Si kakek pertapa berdiri dan memandang ke sekeliling.  Dia melihat bagaimana ki Somamertani cuma berputar-putar diikuti pengawalnya, dikejar kalajengking yang paling besar; dan diikuti kalajengkin lainnya.  Tiba-tiba si kakek pertapa berucap lirih tapi memberikan gema yang sungguh dahsyat, "berhenti!". Semua berhenti. Sunyi. Sepi.  Ki Somamertani berhenti.  Pengawalnya berhenti. Para kalajengking itu pun berhenti. Semua berhenti dan menatap ke arah si kakek pertapa.

"Nisanak Kalasekarsih, ada apa gerangan nisanak sak brayat dan rakyat nisanak datang ke pelabuhan ini? Apakah hutan Klampisireng sudah tidak lagi nyaman buat kalian?" kembali si kakek pertapa berucap. Lirih namun gemanya cukup membuat semua yang hadir di situ bergetar. Tiba-tiba kalajengking paling besar berubah wujud menjadi sosok perempuan cantik tertutup wardrobe model china Han tapi lebih ke-jawa-jawaan dan sedikit Arab.  Wajahnya mungkin mirip Jing Tian yang menjadi Panglima Lin di Great Wall namun tampangnya jadi jelek banget waktu jadi Li Wen di Pacific RIM Uprising. Atau, mungkin mirip Naziyah Mahmood astro physicist sekaligus aerospace engineer sekaligus model, sekaligus penulis puisi, sekaligus pendekar pedang dari Eropa asal Afgan.

"Mohon maaf, Ki Ageng Giri Selo! Sekali lagi mohon maaf bila kehadiran kami sudah membuat gaduh pelabuhan!" perempuan cantik yang disehut Kalasekarsih itu memberikan salam takzim sambil menekuk sebelah lutut kepada si kakek pertapa yang ternyata bernama Ki Ageng Giri Selo. Dan, mendengar nama Ki Giri Selo disebutkan, semua orang di situ segera mengikuti sikap Kalasekarsih. Menekuk sebelah lutut dengan kepala menunduk. Termasuk Ki Somamertani dan pengawalnya. Para kalajengking pun undur dengan memajukan kedua capitnya.  Semua memberikan sikap hormat kepada Ki Giri Selo. "Kami kemari, karena kerajaan kami di hutan Klampisireng saat ini sudah tidak aman lagi, Ki" lanjut perempuan cantik itu menjelaskan sambil tetap menunduk.
"Sudah tidak aman bagaiamana? Aku liat hutan Klampisireng biasa-biasa saja. Bahkan Gundhul Pecingis ajudan Ki Bermana Durgapati penguasa Klampisireng bilang padaku bahwa hutan Klampisireng aman sentosa tidak kurang suatu apa" Ki Ageng Giri Selo melanjutkan pertanyaannya kepada perempuan cantik yang bahkan sekarang memasang sikap sembah dengan tetap menekuk sebelah lututnya.
"Hutan Klampisireng memang tidak kurang suatu apa Ki Ageng Giri Selo. Bahkan para hantu di sana semakin makmur dan semakin kaya. Saat ini mereka mau menerima suap yang berupa sesajen Extra lux. Sesajen ini sudah membuat para Hantu jadi lupa untuk menakut-nakuti manusia yang memasuki hutan Klampisireng Ki Ageng!" jelas Kalasekarsih menjawab pertanyaan Ki Ageng Giri Selo, "terus...?"
"Kami para kalajengkin sekarang sedang jadi incaran para manusia untuk diambil racun kami, Ki Ageng!" lanjut Kalasekarsih, "ladalah..., bukannya manusia pun takut sama kalian?" tukas Ki Ageng Giri Selo langsung disanggah oleh Kalasekarsih, "betul Ki Ageng... Untuk manusia pada umumnya.... Seperti yang ada di sini, mereka takut. Bahkan ketika kami dekati mereka untuk bertanya pun mereka kabur. Dan, Ki Somamertani, syahbandar di sini pun lari ketakutan Ki Ageng."
Kalasekarsih bercerita sambil melirik ke Ki Somamertani saat menyebut namanya. Mata Ki Somamertani yang sedari tadi tertancap kepada sosok cantik Kalasekarsih, sontak beradu pandang saat Kalasekarsih melirik ke arahnya.  "Duh Gusti.....! Paringono kuwat....! Betapa cantiknya kalajengking betina satu itu. Untung aku masih inget dia itu sejatinya kalajengking. Duh gusti... berikan hamba kekuatan untuk tetap ingat bahwa perempuan itu sejatinya adalah kalajengking!" rintih Ki Somamertani sambil berdoa dalam hati.

"Manusia-manusia yang mengejar-ngejar kami, entah dapat wangsit darimana, mereka menangkap kami untuk diambil racun kami. Karena harga racun kami setara dengan beberapa bongkah emas sebesar kelapa ijo, Ki Ageng!" lanjut Kalasekarsih. Kalasekarsih kembali menunduk ke arah Ki Ageng Giri Selo sambil menyempurnakan sikap sembahnya. Ki Ageng Giri Selo, yang masih berdiri gendong tangan, kemudian melangkah mendekati Kalasekarsih dan memegang pundak Kalasekarsih, "berdirilah Kalasekarsih!" Ucap Ki Ageng Giri Selo.  Mendapat perintah berdiri dari Ki Ageng, maka Kalasekarsih pun lantas berdiri. Ki Ageng Giri Selo pun berujar kepada Kalasekarsih yang masih berdiri menunduk, "sekarang, kalian ikut aku ke bukit Karanggadung. Manusia-manusia di sini semua takut kalajengking.  Kau lihat sendiri, bahkan Syahbandar dan para pengawalnya pun takut sama kalajengking. Kalian akan aman dalam perlindunganku"

Kalasekarsih pun gembira mendengar hal itu, "Terima kasih Ki Ageng!".  Kalasekarsih, mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang putih dan rapi. Sambil tetap tersenyum, tangannya mengembang hendak memeluk Ki Ageng Giri Selo, namun Ki Ageng Giri Selo segera memberi tanda tidak mau dengan mengangkat telapak tangannya.  Kalasekarsih pun surut, tersipu dengan tetap menjaga senyumnya menangkupkan tangannya menghaturkan sembah. Mundur, dan blast... dia berubah ke ujud aselinya. Kalajengking. Kalajengking kalasekarsih bergerak ke arah gerombolan kalajengking dan memimpin gerombolan kalajengking itu untuk beranjak ke arah bukit Karanggadung. Ki Ageng Giri Selo tersenyum kepada Ki Somamertani dan kemudian melompat, plass.... menghilang.

Ki Somamertani, dengan masih menyisakan kekecewaanya karena si cantik Kalasekarsih tiba-tiba menghilang dan berubah ke ujud aseli sebelum dia sempat berbicara dengannya, ditambah kekecewaanya karena mendapat tugas untuk menertibkan kembali orang-orang yang sempa gaduh tadi. Dengan bersungut-sungut, Ki Somamertani bersama para pengawalnya kemudian sibuk membubarkan kerumunan dan menyuruh mereka untuk melanjutkan aktifitas mereka.

Friday, March 24, 2017

DoubleAgent, Bukan Cuma Anti Anti Virus

Wihartoyo     Friday, March 24, 2017    
Broken Windows Foto: Sketchup
Para peneliti pengamanan jaringan dan computer dari Cybellum telah berhasil menemukan teknik zero-day code injection and persistence baru yang memungkinkan seorang attacker untuk mengambil alih aplikasi dan seluruh mesin yang menggunakan Windows. Mereka mendemonstrasikan serangan kepada solusi antivirus yang mereka sebut sebagai DoubleAgent karena mampu merubah antivirus menjadi agent malware.

Serangan Double Agent
"DoubleAgent mengeksploitasi perangkat yang sah pada Windows yang disebut sebagai 'Microsoft Application Verifier' yang merupakan bagian dari instalsi Microsoft Windows dan selalu disertakan pada seluruh versi dari MS Windows yang dipergunakan untuk menemukan dan memperbaikai bug pada suatu aplikasi," kata Cybellum.

"Peneliti kami telah menemukan kemampuan tak didokumentasikan dari 'Microsoft Application Verifier' yang memberikan kemampuan pada penyerang untuk mengganti standar verifikasi pada verifier dengan standar verifikasi mereka.  Penyerang dapat memanfaatkan kemampuan ini untuk menyuntikkan standar verifikasi yang telah dikastomisasi kepada suatu aplikasi. Sekali seorang mampu menyuntikkan verifikasi yang telah dikastomisasi, dia kemudian akan mendapatkan kontrol penuh terhadap aplikasi.
Meskipun, suatu serangan dapat dipergunakan untuk meng-kompromikan semua aplikasi, peneliti memilih untuk berfokus pada solusi antivirus, karena umumnya aplikasi ini umumnya dianggap sebagai terpercaya.
"Dengan menggunakan DoubleAgent, seorang penyerang dapat mengambil kontrol penuh dari antivirus dan mempergunakannya tanpa harus takut akan diblok," kata mereka memberikan catatan. Kontrol ini meliputi:
Merubah aplikasi menjadi malware (selama tidak bisa teridenfikai oleh solusi pengamanan lainnya)
Memodifikasi kebiasaannya (membuatnya stop bekerja)
Mempergunakannya untuk menjalankan aksi yang seharusnya segera bisa teridentifikasi sebagai suspicious (misal oleh exfiltrate data, C&C communication, dst)
Menghancurkan komputer (mengenkrip seluruh file, memformat hard disk drice, dan seterusnya)

Peneliti Cybellum telah mendemontrasikan DoubleAgent code injection untuk menyerang Symantec Norton Antivirus, dan menawarkan POC untuk exploit code di GitHub. Teknikal detail dari double agent bisa diambil di sini.

Para peneliti telah menyampaikan kepada vendor antivirus besar dan beberapa dari mereka telah menerapkan patch (Malwarebytes, dan AVG). Trend Micro sedang menerapkan patch nya. Sementara yang masih vulnerable adalah Avast, BitDevender, ESET, Kaspersky, dan F-Secure.

"Microsoft saat ini tengah menyediakan suatu desaign dan konsep baru untuk vendor antivirus yang mereka sebut sebagai protected proses.  Konsep baru ini khusus dibuat hanya untuk servis antivirus. Proses antivirus dapat dijalankan sebagai  'Protected Process' dan infrastruktur protected process hanya akan mengijinkan, kode yang telah dipercaya maupun yang telah ditandai untuk dimuat.  Protected Process juga pertahanan bawaan untuk melawan serangan code injection," jelas para peneliti.

"Ini berarti, bahkan bila seorang penyerang menemukan teknik baru zero day injection sekalipun, mereka tidak akan dapat melakukan untuk menyerang antivirus oleh karena kode nya tidak ditandai. Cuma, saat ini belum ada antivirus selain Windows Defender yang telah mengimplementasikan itu, meskipun Microsoft telah membuat disain ini 3 tahun yang lalu.
Kerentanan yang memungkinkan serangan DoubleAgent bekerja pada semua versi dan arsitektur Microsoft Windows.
"Kami memerlukan usaha lebih untuk mendeteksi dan menahan serangan ini serta menghentikan dengan menutup mata seluruh solusi pengamanan tradisional," lanjut para peneliti. "Sebagaimana terlihat di sini, mereka bukan cuma tidak efektif dalam menyerang zero day tapi juga membuka kesempatan bagi penyerang untuk membuat serangan yang lebih kompleks dan mematikan"


Thursday, December 8, 2016

Bincang Ringan, Misi Kristen dan Dakwah Islam (I)

Wihartoyo     Thursday, December 08, 2016    
Dalam sebuah diskusi dengan santri saya mengajukan pertanyaan, "Bolehkah orang Kristen menyiarkan agamanya ke orang Islam ?" Serentak mereka menjawab "Tidak boleh". Kemudian saya mengajukan pertanyaan susulan, "Rekan-rekan santri senang tidak, kalau ada orang yang masuk Islam karena didakwahi oleh Koh Hany," dan secara serempak juga mereka menjawab "Tentu senang ustadz." Kontan saya timpali, lha kok nggak adil, orang Kristen nggak boleh menyiarkan agama ke umat Islam, sementara umat Islam boleh mendakwahi orang Kristen.

Saya jadi ingat kutipan dari Syaikh Ali Mahfuzh, guru besar Ilmu Da'wah wal Irsyad, Anggota Majelis Ulama dan Pembina Ilmu Dakwah pada Universitas Al Azhar dalam bukunya Widji Saksono, Mengislamkan Jawa, terbitan Mizan tahun 1995.

"Barangsiapa memperhatikan dengan seksama, tahulah ia bahwa sesungguhnya dakwah kepada Allah itu adalah sendi kehidupan suatu agama, pangkal syi'ar suatu kepercayaan. Syahdan pada hakekatnya, bukan agama saja yang sendi kehidupannya, tegak dan runtuhnya, bergantung pada keadaan dakwah.Bahkan segala macam ideologi, aliran, pendirian, usaha dan lain sebagainya -terlepas dari benar dan salahnya, halal dan haramnya, berfaedah atau bermanfaatnya- semua itu hidup matinya terutama bergantung pada keadaan dakwahnya.

Tidaklah rubuh tiang-tiang agama setelah tegaknya, tidak terhapus suatu garis metode setelah terangkat benderanya, dan tidak lenyap suatu haluan dan aliran setelah teguh tertanamnya, kecuali dengan meninggalkan dan melalaikan dakwah.

Sejarah memberikan pelajaran, bahwa seseorang yang mengajak kepada sesuatu, tidak boleh tidak tentu mendapatkan penyokong dan pengikut. Dan atas dasar inilah, kita dapat melihat beberapa aliran yang batil dapat berkembang karena dakwah, dan sebaliknya aliran yang benar -karena melalaikan dakwah- menjadi surut dan lenyap. Kalau kebenaran itu dapat berdiri dan tersiar dengan sendirinya, tentulah kita tidak diwajibkan berdakwah, dan tidak dihajatkan adanya para Nabi dan Rasul serta ulama-ulama pewaris para Nabi untuk bekerja, dan juga para ahli penerangan dan pemberi nasehat, dan para pengajar yang membawa ke arah petunjuk dan agama yang benar."

Oleh karena itu, dari kesimpulan sementara saya, tantangan pemurtadan lebih dikarenakan ketidak hadiran dakwah. Sebab di belahan Indonesia Timur, kata teman saya yang jadi rohaniawan di sana, isu yang berkembang sebaliknya, yaitu gerakan pengIslaman masyarakat Indonesia Timur. Kita tentu mengenal AFKN yang dipimpin oleh ustadz Fadzlan yang dakwahnya berhasil masuk sampai ke pedalaman Papua, yang selama ini sudah diklaim sebagai wilayah kaum Nasrani.

Oleh karena itu, menurut saya, melakukan riset dakwah, merumuskan strategi dakwah yang pas di tengah masyarakat, akan lebih menyehatkan pikiran dan lebih bermanfaat bagi umat daripada mengembangkan ketakutan-ketakutan akan misi agama lain. Tentu saja harus dipikirkan bagaimana menampilkan Islam dan umat Islam supaya menarik bagi pemeluk agama lain supaya mereka punya keinginan untuk mengenal Islam lebih dalam. Kalau orang Kristen punya ujung tombak berupa diakonia dalam pelayanan kepada umat manusia, maka umat Islam punya akhlak dan adab yang bisa menjadi magnet dakwah Islam. Sehingga jangan sampai kesantunan dan akhlak yang tinggi pada demo #penjarakanAhok, yang sudah memberikan kesan positif pada banyak orang dari berbagai agama itu menjadi rusak hanya karena ulah segelintir orang yang ingin menang sendiri. Seperti kejadian di Bandung. 

Dari Facebook Kyai Arif Wibowo

Friday, October 28, 2016

Anakku Belum Saatnya Mati

Wihartoyo     Friday, October 28, 2016    
Oleh: John Bon Bowie


“Ummi….Ummi…dede Luthfi…Ummi…dede Luthfi…….kecebul empang!” terbata-bata Chairi, bocah berusia 4 tahun itu, melapor pada ibunya yang tengah mengikuti pengajian, Kamis (16/4/2009). Spontan, Sri Wahyuni, ibu 3 anak yang dipanggil Ummi tadi, loncat dan berlari sekuat tenaga ke arah empang dimaksud. Demikian pula para guru Yayasan Kebon Maen Bocah Bogor dan Ustadz Ojo Sujono, serentak berhamburan keluar kelas. Masya Allah, Sri Wahyuni melihat anak bungsunya, Muhammad Ibrahim Luthfi (2) sudah tengkurap mengambang di kolam lele. Ia rupanya ‘’lolos’’ dari pengawasan orang dewasa, lalu masuk ke kolam kecil sedalam hampir satu meter yang tak berpagar sempurna. Tanpa pikir panjang, Wahyuni terjun ke empang dan meraih tubuh anaknya yang sudah membiru kaku.

Foto Ilustrasi
Tak ayal, suasana pengajian yang semula khusyu berubah riuh dengan tangis dan jerit panik para guru yang semuanya perempuan. “Bagaimana ini? Bagaimana ini. Segera ke rumah sakit?” Ustadz Ojo Sujono berseru kebingungan sambil membopong tubuh si bocah. Di saat genting itu, sebersit ingatan terbayang oleh Ustadzah Nur. Cucu seorang paraji ini pernah memperhatikan bagaimana neneknya dulu menangani kelahiran jabang bayi yang terbekap air ketuban. Tindakan yang sama oleh bidan juga pernah dia lihat. Serentak Ustadzah Nur meraih Luthfi dari gendongan Ustadz Ojo. Dipegangnya kedua kaki bocah, lalu diangkatnya ke atas sehingga posisinya menggantung dengan kepala di bawah. Lalu ditepuk-tepuknya punggung Luthfi dengan agak kuat. Currr... alhamdulillah, air butek empang mengalir keluar dengan deras dari mulut, hidung, dan telinga Luthfi. Uuuh, uhh, Luthfi tampak bereaksi. Ustadzah Nur pun membopongnya dengan posisi normal. Tapi, Masya Allah, tubuh Luthfi sudah kaku dan membiru, detak jantungpun sudah tak terdengar lagi.

Melihat kondisi anak bungsunya, Sri Wahyuni hanya bisa menangis sambil sebisanya melafalkan Asmaaul Husna. Para tetangga berdatangan, sebagian lalu mencari kendaraan untuk membawa Luthfi ke dokter terdekat. Dengan naik motor, Luthfi dikebut ke klinik terdekat oleh seorang wali santri. Sepanjang jalan, Sri Wahyuni memeluk kencang tubuh putranya seraya berupaya pasrah. Mulutnya tak henti melafal Asmaul Husna ke telinga anaknya.
Karena kondisi pasien sudah kritis, tiga klinik pertama yang dituju tak sanggup menerimanya. “Katanya, mereka tidak punya alatnya,” tutur Guru Balistung Bocah Taqwa, Pondokmiri, Bogor ini. Alhamdulillah, akhirnya Luthfi diterima di Pamulang Medical Center. Hidungnya dipasangi saluran Oksigen. Tak lama kemudian, Luthfi spontan menangis kencang. Saluran pernafasannya sudah normal kembali. Setelah diberi obat penenang, si bocah tertidur pulas. Kondisinya pun berangsur pulih.

Subhanallah, sungguh semua itu pertolongan Allah SWT semata. Bagaimana tidak, Luthfi sudah tersumbat saluran pernafasannya hingga puluhan menit. Menurut perhitungan manusia, dia mestinya tak bisa bertahan.Tak terkira rasa syukur dan bahagia Sri Wahyuni. Peristiwa ini mengingatkannya untuk tak lengah mengasuh si kecil. Begitu pun, pagar empang yang sudah berusia empat tahun itu lalu disempurnakan agar tak ada korban kedua. Wahyuni juga kian merasakan keajaiban menyedekahkan sebagian hidupnya untuk mendidik anak-anak dhuafa di kampungnya. Padahal, kalau mau, ia bisa mengajar di tempat lain dengan gaji yang jauh lebih baik. Namun hatinya lebih nyaman berada di Kebon Maen Bocah di bawah binaan PPPA Daarul Qur’an. Di sekolah rakyat ini, para guru memang mendidik dengan hati.

Monday, October 24, 2016

Tentang Orang-Orang Munafik

Wihartoyo     Monday, October 24, 2016    
Courtesy of Youtube
Orang munafik dari kalangan umat Islam dan ahli kitab (yahudi dan nasrani) itu ternyata bersaudara seakidah. Pantas saja mereka siap membela sampai mati

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk menyusahkan kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu." Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. (Qs Al Hasyr: 11)

Terkait larangan menjadikan orang yahudi dan nasrani sbg pemimpin pd QS Al Maaidah: 51, pada ayat selanjutnya dapat dilihat respon mereka.

Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana." (Al Maaidah: 52)

Dalam tafsirnya dijelaskan bahwa mereka berjaga-jaga kalau nanti orang kafir yang menang maka mereka akan dapat musibah jika berpihak pada orang-orang beriman, dengan kata lain sejatinya mrk mengharapkan kemenangan orang-orang kafir atas orang2 beriman. Tapi ketika kaum mukminin yg menang maka mereka pun tampil sebagai bagian dari umat Islam seolah-olah mereka ikut berjuang memenangkan agama ini.

Allah SWT telah menetapkan bahwa orang kafir dan munafik akan dikumpulkan dlm neraka jahannam.

Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, yaitu orang-orang yang menunggu-nunggu peristiwa yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu ?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" (QS An Nisa: 140-141)

Perhatikan bhw ayat sebelumnya 138-139 QS An Nisa adalah sepenuhnya berbicara tentang orang munafik yang selalu berpihak kpd orang-orang kafir dalam kepemimpinan.

Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.

Perhatikan pula ancaman terhadap orang-orang munafik yang selalu ingin berwali kepada orang-orang kafir pada dua ayat berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah untuk menyiksamu ?

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka."
(QS An Nisa: 144-145)

Orang-orang munafik itu sudah ada kaplingnya di neraka paling bawah di akhirat kelak. Adapun sanksi untuk mereka di dunia oleh umat Islam adalah tidak menyolatkan mayat mereka yang mati.

Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (mayat) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (At Taubah: 84)

(Sumber: Fahmi R. Kubra )

Recommended