Dalam sebuah diskusi dengan santri saya mengajukan pertanyaan, "Bolehkah orang Kristen menyiarkan agamanya ke orang Islam ?" Serentak mereka menjawab "Tidak boleh". Kemudian saya mengajukan pertanyaan susulan, "Rekan-rekan santri senang tidak, kalau ada orang yang masuk Islam karena didakwahi oleh Koh Hany," dan secara serempak juga mereka menjawab "Tentu senang ustadz." Kontan saya timpali, lha kok nggak adil, orang Kristen nggak boleh menyiarkan agama ke umat Islam, sementara umat Islam boleh mendakwahi orang Kristen.
Saya jadi ingat kutipan dari Syaikh Ali Mahfuzh, guru besar Ilmu Da'wah wal Irsyad, Anggota Majelis Ulama dan Pembina Ilmu Dakwah pada Universitas Al Azhar dalam bukunya Widji Saksono, Mengislamkan Jawa, terbitan Mizan tahun 1995.
"Barangsiapa memperhatikan dengan seksama, tahulah ia bahwa sesungguhnya dakwah kepada Allah itu adalah sendi kehidupan suatu agama, pangkal syi'ar suatu kepercayaan. Syahdan pada hakekatnya, bukan agama saja yang sendi kehidupannya, tegak dan runtuhnya, bergantung pada keadaan dakwah.Bahkan segala macam ideologi, aliran, pendirian, usaha dan lain sebagainya -terlepas dari benar dan salahnya, halal dan haramnya, berfaedah atau bermanfaatnya- semua itu hidup matinya terutama bergantung pada keadaan dakwahnya.
Tidaklah rubuh tiang-tiang agama setelah tegaknya, tidak terhapus suatu garis metode setelah terangkat benderanya, dan tidak lenyap suatu haluan dan aliran setelah teguh tertanamnya, kecuali dengan meninggalkan dan melalaikan dakwah.
Sejarah memberikan pelajaran, bahwa seseorang yang mengajak kepada sesuatu, tidak boleh tidak tentu mendapatkan penyokong dan pengikut. Dan atas dasar inilah, kita dapat melihat beberapa aliran yang batil dapat berkembang karena dakwah, dan sebaliknya aliran yang benar -karena melalaikan dakwah- menjadi surut dan lenyap. Kalau kebenaran itu dapat berdiri dan tersiar dengan sendirinya, tentulah kita tidak diwajibkan berdakwah, dan tidak dihajatkan adanya para Nabi dan Rasul serta ulama-ulama pewaris para Nabi untuk bekerja, dan juga para ahli penerangan dan pemberi nasehat, dan para pengajar yang membawa ke arah petunjuk dan agama yang benar."
Oleh karena itu, dari kesimpulan sementara saya, tantangan pemurtadan lebih dikarenakan ketidak hadiran dakwah. Sebab di belahan Indonesia Timur, kata teman saya yang jadi rohaniawan di sana, isu yang berkembang sebaliknya, yaitu gerakan pengIslaman masyarakat Indonesia Timur. Kita tentu mengenal AFKN yang dipimpin oleh ustadz Fadzlan yang dakwahnya berhasil masuk sampai ke pedalaman Papua, yang selama ini sudah diklaim sebagai wilayah kaum Nasrani.
Oleh karena itu, menurut saya, melakukan riset dakwah, merumuskan strategi dakwah yang pas di tengah masyarakat, akan lebih menyehatkan pikiran dan lebih bermanfaat bagi umat daripada mengembangkan ketakutan-ketakutan akan misi agama lain. Tentu saja harus dipikirkan bagaimana menampilkan Islam dan umat Islam supaya menarik bagi pemeluk agama lain supaya mereka punya keinginan untuk mengenal Islam lebih dalam. Kalau orang Kristen punya ujung tombak berupa diakonia dalam pelayanan kepada umat manusia, maka umat Islam punya akhlak dan adab yang bisa menjadi magnet dakwah Islam. Sehingga jangan sampai kesantunan dan akhlak yang tinggi pada demo #penjarakanAhok, yang sudah memberikan kesan positif pada banyak orang dari berbagai agama itu menjadi rusak hanya karena ulah segelintir orang yang ingin menang sendiri. Seperti kejadian di Bandung.
Dari Facebook Kyai Arif Wibowo