Tuesday, November 27, 2007

Kita tunggu nasib angklung

Wihartoyo     Tuesday, November 27, 2007    

Alat musik angklung akhir-akhir ini sedang naik daun oleh karena ada nya perebutan kepemilikan antara Malaysia dan Indonesia. Sebenarnya alat musik yang terdiri dari bilah bambu ini di Indonesia sendiri ada 2 variant. Variant pertama yang berkembang di daerah banyumas Jawa Tengah dan varian kedua adalah yang berkembang di tatar pasundan. Variant pertama bilah-bilah bambu itu ditata selayaknya gambang dan untuk menghasilkan bunyi harus ditabuh. Variant pertama ini juga punya variasi lain, yakni ditata berdiri. Cuma untuk menghasilkan bunyi tetap barus ditabuh. Orang setempat menyebutnya calung. Sedangkan variant kedua, secara umum orang sudah tahu bentuknya. Dia ditata dalam satu kerangka, dan bambu-bambu ditata secara menggantung. Untuk menghasilkan bunyi, angklung itu digoyang-goyangkan sehingga bilah-blah itu akan berbenturan.
Mungkin orang malaysia nggak begitu suka sama variant pertama yang berkembang di banyumas, karena yang ini secara international kurang begitu terkenal.
Ha ha ha, sekali lagi karena kemalasannya mereka lebih suka mengambil yang kedua. Yang udah terkenal gitu. Jadi gak perlu susah-sudah memperkenalkan kepada dunia. Paling usaha yang diperlukan cuma "koreksi bahwa angklung memang aseli malaysia". Ah dasar malassya.

Beratus tahun lalu nenek moyang orang sunda telah memakai angklung sebagai korps musik ketika melakukan perang bubat melawan majapahit. Beberapa tahun lalu orang malassya datang ke Bandung untuk belajar angklung. Beberapa tahun lalu pula malassya gemar impor angklung dari tatar pasundan. Hari ini, setalah beberap gelintir dari mereka merasa mampu memainkan angklung mereka merasa angklung milik mereka. Ah betapa tak tahu dirinya mereka.

Recommended