Monday, December 2, 2013

Resiko itu Terlalu Menawan Untuk DIanggurin

Wihartoyo     Monday, December 02, 2013    

Ladalah, yang bener aja, Mas? Masa kita harus bergaul dengan resiko.  Dimana-mana resiko itu ya harus dihindari.


Salah, sampeyan!!


Salah di mana to, Mas? La ya wajar to, kalau dalam kegiatan apapun kita harus menghindari resiko?

Emangnya semua resiko bisa dihindari?

Maksudnya?

Resiko tenggelam itu emangnya ada di aktifitas ngonthel becak?  Resiko nabrak gunung itu memang ada di dalam aktifitas nyupir angkot?

Lho, ya jelas nggak ada?

Ya itu, kalo mau menghindari tenggelam yo sampeyan ngonthel becak aja.  Kalo mau menghindari nabrak gunung, yo sampeyan jad sopir angkot aja!

Walah, yo nggak bisa gitu, Mas!

Yo bisa.  Gak mungkin kan sopir angkot nabrak gunung, yang ada jatuh ke jurang.  Gak mungkin kan, ngonthel becak tenggelam? Lah kalo jatuh ke kali dari jembatan terus tenggalam itu bukan resiko tenggelam. Tapi resiko jatuh ke kali.

O..., gitu....

Nah itu namanya resiko yang melekat.  Setiap aktifitas itu punya resiko yang melekat. Begitu juga dalam bisnis.  Pasti punya resiko yang melekat.  Dan tergantung pada bidangnya, setiap bisnis mempunyai resiko melekat yang berbeda.  Seperti tadi, jadi sopir angkot ya gak mungkin nabrak gunung.

Hmmm... Gitu?  Trus maksudnya terlalu menawan untuk dianggurin itu gimana, Mas?

Kuncinya gini, karena resiko itu terlalu menawan untuk dianggurin, maka kita harus benar-benar mengenal resiko kita.

Wah tar, belum mudheng kita...

Misal nih, kamu naksir sama temen perempuan kamu, apa yang kamu lakukan?

Ya..., mencari informasi detail tentang dia, apa kesuakaannya biar kita memperlakukannya dengan sebaik mungkin untuk mengambil hatinya.

Betul! Begitu pula dengan resiko.  Kita harus benar-benar mengenal apapun resiko yang kita punya.  Mengenal karakteristiknya, sehingga kita bisa memberikan perlakuan yang sebaik-baiknya terhadap resiko-resiko tersebut.  Tujuan akhirnya? Tujuan akhirnya adalah agar resiko itu tidak muncul/terjadi untuk mengganggu aktifitas kita.

Resiko adalah keuntungan. Kenapa bisa begitu?



Karena resiko yang tidak dikenali yang membuat kita cenderung meng-anggurkan akan berpotensi mengurangi pendapatan.  Misal resiko kegagalan produk pada saat release ke kastemer tidak diantisipasi/dikenali dengan baik maka akan mengakibatkan produk tersebut tidak bisa diterima oleh kastemer dan lebih lanjut akan mengakibatkan menurunnya kepercayaan kastemer terhadap kita.



Bayangkan bila kita tidak mampu mengenali resiko kegagalan tersebut, maka kita tidak akan bisa meredam/meminimalisir kegagalan produk tersebut dengan mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan produk tersebut menjadi gagal.  Misal produk itu suatu aplikasi komputer.  Mestinya testing terhadap produk itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.  Jangan sampai ketika sudah sampai di tangan kastemer produk tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.  Artinya, bila produk tersebut tidak bisa memuaskan kastemer maka akan menghambat penjualan yang berarti mengurangi pendapatan dan akan meningkatkan biaya iklan untuk 'menutupi' kekurangan tersebut.


Namun sebaliknya, bila resiko kegagalan tersebut bisa kita kenali dengan baik, maka kita bisa mengendalikan resiko tersebut dengan mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan produk tersebut.  Dengan melakukan testing yang paripurna, untuk mempersembahkan suatu produk yang bugs free untuk para kastemer sehingga kastemer puas dan kepuasan itu kemudian menjadi testimoni yang baik sehingga secara gethok tular akhirnya produk tersebut benar-benar mendatangkan revenue. Dan testimoni yang baik dari kastemer juga kemudian akan menjadi iklan yang sangat efektif sehingga dalam hal ini berarti mengurangi cost.  Kamu tahu apa itu profit?

Profit = Revenue - Cost

Yap, itu tahu.... Jadi kalo revenue nya gede dari penjualan dengan cost periklanan yang kecil karena kita bisa mengandalkan gethok tularnya, maka berarti profitnya juga gede.  Betul gitu?

Betul, Mas?

Nah itu, yang aku maksud "Resiko itu Terlalu Menawan Untuk Dianggurin", maksudnya ya... kenali, pahami, dan kendalikan dia.  Karena resiko itu nghalang-halangi revenue dan menyebabkan biaya tinggi.  Kalau kita bisa mengendalikan dia berarti kita bisa mengendalikan apa yang menghalang-halangi revenue kita dan tentunya mengendalikan cost.

Recommended